JANGAN DILIHAT SEREM

Sabtu, 15 Desember 2012

Calak Membonceng Genderuwo Part 2

Dalam perjalanan pulang, ditengah jalan pak Calak melihat mbah Suro (mbah Suro ini satu desa dengan pak Calak dan rumahnya ada di dekat hutan jati yang akan dilalui pak Calak) yang melambaikan tangan minta tumpangan. Pak Calak pun berhenti dan berniat memberi tumpangan. "Lumayan ada teman melewati hutan jati", pikir pak calak. Akhirnya sambil ngobrol-ngobrol pak Calak dan mbah Suro berboncengan pulang melewati hutan jati itu. Obrolan mereka di tengah hutan jati (A : pak Calak, B : mbah Suro) :

A : Mbah dari mana? kok malam-malam baru pulang?
B : Dari undangan sunatan anaknya pak Amir.
A : Sama kalau begitu mbah.
B : Ooo pak Calak dari rumah pak Amir juga to, tapi kok gak ketemu ya tadi?
A : Iya mbah, tadi aku yang nyunat anaknya pak Amir. Tapi aku bingung dan takut mbah.
B : Loh bingung dan takut kenapa pak? pak Calak kan sudah sering nyunat?
A : Masa aku tadi ke rumah pak Amir dan menyunat anaknya sampai 2 kali.
B : Lolooo kok sampai disunat 2 kali pak? apa gak habis?

Lalu pak Calak menceritakan kejadian yang baru saja dialaminya

B : Wah kalau begitu itu ulahnya genderuwo
A : Maksudnya mbah gimana?
B : Kadang-kadang genderuwo juga menyunatkan anaknya pak.
A : Weeeh mbah jangan ngomong genderuwo, ini ditengah hutan mbah, nanti kalau genderuwonya muncul gimana.
B : Tenang pak, gak bakal genderuwonya muncul di depanku. Ngomong-ngomong pak Calak sudah pernah lihat genderuwo belum?
A : Belum mbah, memang mbah pernah lihat ya?
B : Kalau aku sering lihat, malah sekarang pun aku lihat genderuwonya. Apa pak Calak pengen lihat genderuwo juga?
A : Hiii enggak ah mbah, takut.
B : Kalau pak Calak mau lihat genderuwo, noleh ke belakang saja pak...

Pak Calak langsung menoleh ke belakang dan tidak melihat mbah Suro yang dibonceng dan diajak ngobrol tadi, tapi yang dilihat malah makhluk hitam besar berbulu yang matanya sebesar bola tennis dan berwarna merah dan aaahhh secara reflek pak Calak langsung ngegas pool motornya sampai ban depan terangkat dan jatuh lalu pingsan ditempat.

Sekitar habis subuh pak Calak dibangunkan oleh mbah Suro di tempat pingsan tadi malam. Tapi begitu tahu yang membangunkan mbah Suro, pak Calak langsung teriak lalu lari dan meninggalkan motornya.

Senin, 10 Desember 2012

Calak Membonceng Genderuwo Part 1

Cerita yang akan saya share kali ini bukan dari pengalaman pribadi tapi pengalamannya paman teman saya yang berprofesi sebagai calak (tukang sunat). Dikarenakan profesinya itu, paman teman saya itu biasa dipanggil pak Calak. Pak Calak ini tinggal di daerah Ngawi (Jawa Timur), dan kejadiannya sekitar tahun 1994, bulan dan tanggalnya aku gak tahu persis. Langsung ke sasaran :

Pagi itu pak Calak kedatangan tamu dari desa tetangga sebut saja namanya pak Amir. Maksud dari kedatangan pak Amir itu tidak lain dan tidak bukan untuk meminta bantuan pak Calak untuk menyunat anaknya yang 16 tahun (maklum adat desa pada waktu itu kalau menyunat anaknya menunggu si anak berumur 14-18 tahun dulu), dan rencananya akan dilakukan di tempat pak Amir. Karena ada tamu lain yang mau datang siang itu, jadi diputuskan oleh pak Calak untuk datang pada malam harinya.

Jam 7 malam pak Calak dan utusannya pak Amir yang menjadi petunjuk jalan berangkat ke tempat pak Amir dengan memakai motor sendiri-sendiri (perjalanan memakan waktu sekitar 30 menit), dan perjalanan melewati hutan jati (yang terkenal angker) sejauh 1 km. Sesudah sampai di tempat pak Amir, pak Calak disambut oleh pak Amir dan keluarga, dan setelah basa-basi sedikit, pak Calak langsung memulai pekerjaannya mengoperasi burung anak pak Amir hehehe...

Sekitar 20 menit proses operasi selesai, pak Calak kembali ke ruang tamu untuk mengobrol dengan pak Amir dan tamu lainnya. Sekitar jam setengah sepuluh malam pak Calak pamit pulang. Karena sudah tahu jalannya pak Calak memutuskan pulang sendiri pakai motornya (Sampai disini belum ada keanehan yang terjadi, tapi begitu sampai rumah baru ada keanehan).

Sesudah sampai di rumah, pak Calak bingung karena di teras rumahnya sudah menunggu utusan pak Amir yang kelihatan gelisah. Maka terjadilah perbincangan (A : pak Calak, B : utusan pak Amir)

A : Lo mas kok ada disini ? apa ada masalah dengan anaknya pak Amir ?
B : Saya disuruh pak Amir menjemput pak Calak untuk menyunat anaknya.
A : Lo saya kan sudah ke rumah pak Amir dan menyunat anaknya, kan mas sendiri tadi yang menjemput saya jam 7
B : Belum pak, tadi saya sudah kesini tapi kata orang rumah bapak sudah berangkat sendiri. Jadi saya menyusul pak Calak sampai rumah pak Amir, tapi kata pak Amir belum sampai kesana, jadi saya balik lagi kesini.
A : Jadi bingung, terus tadi yang jemput dan yang saya sunat tadi siapa ?
B : Waduh gak tahu saya pak.
A : Ya sudah kalau begitu kita kerumah pak Amir saja biar jelas semua..

Dengan sedikit bingung pak Calak dan utusan tadi berangkat ke rumah pak Amir. Dalam perjalanan sampai ke rumah pak Amir, pak Calak tambah semakin bingung bin heran karena jalan, rumah dan orang-orangnya pun sama persis dengan yang baru dia jumpai di rumah pak Amir yang pertama tadi. Karena sudah jam 11 malam + bingung, heran dan takut maka sesudah selesai operasi anak pak Amir maka pak Calak langsung pamit pulang.

Bersambung...

Kejadian Gaib Yang Terjadi Saat Bercerita Tentang Gaib

Kiriman cerita dari Anonim.

Cerita ini sudah lama, 4 tahun yang lalu. Saat itu aku sedang jaga di UGD RS di kota Sumatera. Teman-teman perawat menanyakan mengenai cerita hal gaib kepadaku. Aku menceritakan tentang bacaan yang pernah kubaca, saat kelahiran Nabi, dan ihwal Iblis yang bertanya kepada golongannya.

Sesaat akan lahirnya Nabi, Iblis bertanya kepada kaumnya, keheranan dikarenakan mengapa pintu-pintu langit tertutup, sehingga Iblis tidak dapat mendengar dan mencuri berita mengenai kehidupan dunia yang akan terjadi. Iblis memerintahkan kepada kaumnya supaya mendengarkan berita ke seluruh penjuru dunia. Prajuritnya berkata ada keanehan mengenai matinya api abadi kaum Majusi, tenggelam banjir istana raja Romawi serta peristiwa-peristiwa yang menggambarkan akan lahirnya seorang Nabi. Iblis kemudian meminta seluruh kaumnya mengambil segenggam tanah di tiap penjuru bumi, dan pulau serta kelompok manusia. Genggaman tanah itu dicium Iblis dan saat mencium tanah dari jazirah Arab, Iblis mengatakan bahwa telah lahir seorang nabi dari kaum Arab.

Aku bercerita hingga larut malam. Saat pukul 03.30 malam, aku menerima telpon dari istri di rumah. Istriku menjelaskan kalau anak ku yang berumur 4 tahun, terbangun dan menangis, menghadap tembok, sambil berulang-ulang berkata lirih dan suara gemetar : "Ya Allah, alhamdulillah, keluarga semuanya selamat. Alhamdullillah". Istriku yang memeluk anakku bertanya: "Kenapa?", Anakku menunjuk ke arah tembok yang lain dan bilang, "Tadi ada bayangan hitam yang matanya merah sekali melihat ke arahnya".

Mendengar itu, aku terdiam...

Selasa, 04 Desember 2012

Kisah Nyata SEX Dengan Hantu . . .

Cerita ini dikisahkan oleh seorang kenalan saya, seorang pria berusia hampir 60 tahun sebut saja namanya Pak Puspo. Pak Puspo ini sejak muda bekerja pada sebuah penginapan kecil yang lumayan ramai juga di Jl. Prawirotaman, Yogyakarta. Saya ketemu bapak ini pada tahun 2002, waktu itu saya bekerja di sebuah rumahsakit sebagai marketing. Tugas saya menjalin kerjasama dengan hotel-hotel dan penginapan yang ada di Jogja.

Pak Puspo mengisahkan sebuah cerita yang sangat menggairahkan namun sekaligus menegangkan. Kejadianya pada akhir tahun 70an atau awal 80an, saya agak lupa dan terjadi beruntun selama beberapa hari. Waktu itu beliau selain bertugas sebagai recepsionis atau penerima tamu pada siang hari juga sekaligus penjaga penginapan tersebut. Setiap malam beliau tidur di sebuah kamar di penginapan tersebut yang terletak agak di belakang. Penginapan tersebut dibangun entah tahun berapa, tapi sudah cukup tua.

Pada suatu malam kira-kira jam setengah satu, ketika badan sudah mulai letih, Pak Puspo beranjak ke kamar tidur untuk istirahat. Beliau merebahkan badan yang penat ke atas kasur yang cukup empuk dan nyaman, sebentar saja Pak Puspo udah sangat mengantuk. Karena capeknya Pak Puspo tidak sempat menutup pintu yang setengah terbuka. Antara sadar dan tidak Pak Puspo melihat sekelibat bayangan perempuan melalui celah pintu. Beliau ingat tamu perempuan yang menginap di sana berbadan agak gemuk, tapi yang dilihatnya perempuan yang tinggi semampai dan berambut sampai di atas pinggang. “Agak kaget memang, tapi saya tidak terlalu menggubris, saya lanjutkan tidur saya,” Pak Puspo bercerita dengan semangat.

Malam berikutnya Pak Puspo tidur sekitar jam duabelas malam, karena temannya yang menggantikan jaga di resepsionis tidak terlalu repot. Lagi-lagi pintu kamar dibiarkan setengah terbuka, setelah beberapa waktu merebahkan diri kembali ada bayangan perempuan seperti kemarin malam. Pak Puspo bertanya-tanya dalam hati siapa sebenarnya bayangan itu, namun Pak Puspo kembali tidak terlalu memusingkan diri. Beliau tertidur lelap sampai akhirnya terbangun karena merasa ada yang menyentuh kakinya. Dengan sambil tiduran beliau membuka mata, alangkah kagetnya beliau melihat sesosok wanita yang sangat cantik dengan rambut tergerai duduk di sebelah kakinya.

“Wajahnya cantik sekali mas, tapi memang agak pucat, baunya wangi sekali tapi wanginya halus gak menyengat,” beliau bercerita. “Wanita itu hanya tersenyum manis, kemudian pergi, anehnya saya nggak merasa takut sama sekali,” beliau menambahkan. Setelah itu akhirnya Pak Puspo tertidur lagi sampai pagi hari.

Malam ketiga Pak Puspo merasa penasaran dengan kejadian dua malam berturut-turut itu. beliau sengaja tidur agak awal, sekitar jam sebelas malam. Beliau menunggu sosok wanita itu datang lagi. Satu jam menunggu membuat Pak Puspo agak ngantuk, akhirnya dia tertidur juga. Pada sekitar jam satu malam beliau dibangunkan oleh sentuhan lembut pada kaki. Pak Puspo bangun dan melihat sosok perempuan yang kemarin menghampirinya. “Wanita itu tersenyum, kemudian dengan lembutnya memijit kaki saya,” kata pak Puspo. Lebih lanjut beliau bercerita, “Agak lama dipijit dan pijitannya enak sekali, saya belum pernah dipijit seenak ini. Saya diam aja karena memang bener-bener enak.” Setelah lama memijit, wanita itu tidur disamping Pak Puspo dan mulai membuat rangsangan layaknya suami istri sedang bercinta. Singkat cerita Pak Puspo dan sosok wanita itu melakukan hubungan badan. “Mas rasanya lain, nggak seperti dengan istri saya, ini sangat lembut, hangat pokoknya saya gak pernah mengalami kenikmatan ini sebelumnya,” beliau menjelaskan dengan semangat.

Kejadian ini berlangsung selama beberapa hari mungkin sampai lima kali, Pak Puspo sendiri juga lupa berapa kali beliau tidur bersama sosok wanita tersebut.

Suatu malam setelah kejadian itu, Pak Puspo menantikan saat-saat indah tersebut berulang kembali, namun apa yang terjadi?

Waktu itu sekitar jam setengah dua malam, beliau terbangun dan mencium bau yang sangat anyir, sangat tidak enak dan membuat mual. Beliau bangun, dan bertanya-tanya bau apakah itu, namun belum sempat terjawab, datang sosok besar hitam berbulu dengan mata merah menyala, kuku tangannya panjang-panjang, sangat menakutkan, “dia menunjuk ke arah saya,” kata beliau. Pak Puspo menyebut sosok itu sebagai Gandaruwo. Tanpa basa-basi Gandaruwo itu mencekik leher Pak Puspo, sampai gak bisa bernafas. Beliau bergumul hebat dengan mahkluk tersebut. Dengan spontan Pak Puspo berdoa memohon bantuan dari yang kuasa. Akhirnya Gandaruwo tersebut melepaskan tangannya dari leher Pak Puspo, mundur satu langkah, wajahnya masih menunjukan marah, lima detik kemudian Gandaruwo tersebut pergi dan hilang pula bau anyir itu.

Pak Puspo terduduk lemas di lantai, dan sebisa mungkin berdoa mengucapkan terima kasih pada Tuhan karena telah mengusir mahkluk itu. “Kalau tidak ada pertolongan Tuhan mungkin saya sudah nggak bisa bertemu mas dan menceritakan kejadian itu,” kata Pak Puspo menutup cerita.

Percaya atau tidak, cerita ini benar-benar dialami oleh sesorang dan diceriterakan sendiri kepada penulis.

Tukang Bubur Jadi-Jadian


Cekidot, jadi kalau gga salah sa`at itu jam 1`an. Nah biasa lah jam segitu perut selalu nagih (tukang begadang sih gue :P). Nah kalau kali ini tuh gga seperti biasa, soalnya warkop biasa gua beli emi mateng tutup. Ywdh gua nyari tukang nasi goreng dengan membawa sepeda motor.

Muter-muter sekitar 20 menitan gga ada tukang dagang (padahal jalan raya dan tingal gua di Jakarta Timur). Biasanya siih banyak banget tukang makanan, tapi nyatanya saat itu gga ada, ywdh gua putusin buat balik ke rumah. Nah sebelum sampe rumah, ada tukang bubur ayam di depan gang keramat (gang jalan masuk rumah gua yang diambil dari tempatnya yang emang kuburan). Tanpa banyak basa basi, tanpa mikir panjang, dan tanpa rasa jangal langsung gua samperin.

Awalnya siih kecium bau aroma bunga melati, tapi gua gga heran karena emang tempatnya kuburan. Jadilah percakapan gua sama tuh orang.

Gua / Ilham (I); Tukang Bubur (TB)

I : Masih ada buburnya bang ? (tanya gua)
TB : ... (tanpa jawaban)
I : Ma`af, bang buburnya masih ada ? (tanpa nyerah)
TB : Menoleh ke gua (merinding setengah mampus)
I : Kalau masih ada saya pesan 1 dong, gga pake seledri ya !
TB : (Tanpa berbicara langsung bikinin pesanan gua)
I : Berapa bang ? (tanya gua lagi)
TB : ... (ngocolin dalem hati gua)
Yaudah dari pada gua tonjok tuh tukang bubur, gua kasih duit Rp.5.000,00-an, langsung tancep gass.

Sampe lah gua di rumah, dan seperti biasa masuk rumah langsung cuci kaki + cuci tangan (sa`at itu gua tingal cuma ber 2 sama bokap. Tapi baru Minggu lalu dia nyusul nyokap menghadap yang maha kuasa. Kaka gua udah gawe dan jarang pulang/toyib dan nyokap udah arumahum).

Nah abis itu gua ngerasa kantong gua ada sesuatu, dan pass gua korek ternyata duit gua yang tadi gua bayarin ke tuh tukang bubur masih ada. Gua tau bokap belum pulang jadi gua langsung buru-buru buka tuh plastik.

Eh eh eh ... gga di sangka, gga di kira, gga di tebak, gga di kasih tau ... ternyata isinya cuma tanah melompong. Bulu kuduk gua merinding karena cuma sendirian di rumah. Dan pass gua buka pintu depan rumah, "Wusss" bayangan melesat bagaikan cahaya. Buru-buru dah gua ke warnet dan langsung dengerin mp3.

Pocong Di Kebon Durian

Sallam gan... ane balik lagi nii, kalaw bang Arnold bilang sich "I`ll be back". Kali ini ane mau share cerita dari paman ane ni, kejadiannya di kampung beliau di Kampar, Riau. Ok langsung ajha...

Di kampung paman ane itu kalaw lagi musim duren yang punya kebon pasti ngejagain kalaw malam, maklum kata paman ane masih banyak maling duren disana. Kebetulan beliau punya kebon duren ga gede sich, tapi buahnya lagi lebat2 waktu itu, sasaran empuk buat maling. Sambil nunggu adzan maghrib beliau ngemasin perbekalan yang mau dibawa ke kebon ntar, mulai dari senter, lampu petromax, dll. Pas adzan berkumandang beliau sholat dulu. Ga lama temannya dateng yang uda janjian sebelumnya. Berangkat lah dua sejoli ini ke kebon.

Sampenya di kebon mereka nyisir dulu keliling kebon buat meriksa ada durian jatuh ataw ga, abis itu mereka langsung ke pondokan yang ada ditengah kebon (kalaw orang Jawa bilangnya saung kali ya ). Sambil cerita2 gitu mereka nungguin duren yang mungkin jatuh. Lagi asyik2nya ngobrol kedengeran dach tu bunyi duren yang jatuh 3 kali, replek dong mereka nyari dari arah bunyi tersebut. Uda disenterin ga nemu duriannya, trus balik lagi mereka ke pondokan sambil ngeluarin perbekalan yang dibawa tadi.

Ga lama kedengeran lagi tu bunyi duren dari arah belakang pondok, kali ini bunyinya 4 kali. Kata paman ane tu bunyi perasaan deket, tapi pas dicari2 masih ga nemu. Mulai dari sini beliau uda merasa merinding. Kata temannya sich "Nyantai ajha, kita kan ga ganggu mereka". Trus kedengeran lagi satu kali dari depan pondok, tapi uda ga ditanggepin sama beliau (karena takut mungkin). Karena merasa keganggu, temannya paman ane beraniin diri nyisir tu kebon sendirian ninggalin paman ane sendirian di pondok. Lama banget paman nungguin di pondokan, ga balik2 juga. Akhirnya beliau beraniin diri nyusulin temannya.

Ditengah kebon beliau ketemu sama temannya. Anehnya posisi temannya jongkok gitu sambil nyandar di pohon gitu, tatapan matanya kosong, melotot kayak memperhatikan sesuatu. Dipanggil sama paman ane ga nyaut2 juga, pundaknya juga ditepok2 masih ga sadar juga. Karena penasaran, diliat dech tu apa yang dipelototin temannya sama paman ane. Dan Allhamdulillah ya sesuatu, ada orang yang dibalut kain putih kumal, kotor yang da lama banget ga dicuci2 (yang biasa disebut orang pocong) dengan mata merah menyala menatap teman paman ane tersebut.

Kata paman ane tu bencong.. upz, pocong maksudnya badannya gede banget, dan anehnya paman ane kayak ga dianggep sama tu pocong. Tu pocong cuma melototin temannya ajha. Karena merasa takut yang ga terkira beliau langsung ngibrit ninggalin temannya tersebut. Sampenya dirumah beliau langsung lapor ke bapaknya, dan bapaknya langsung ngumpulin tetangga terdekat buat menjemput temannya itu tadi.

Sampenya di kebon, bergegas langsung mereka nyari temannya tadi. Ternyata posisi temannya belum berubah2 juga, masih jongkok melotot gitu, padahal tu pocong uda ngilang. Digotong dech tu sama warga ke rumah warga terdekat. Kata paman ane, pas diangkat badan temannya berat banget, sampe 6 orang yang gotong tu temannya. Sampe di rumah warga tersebut temannya disadarin sama yang punya rumah yang kebetulan bisa hal2 gaib. Kata yang punya rumah, temannya itu sering mengucap kata2 kotor pas di kebon tadi, makanya tu pocong marah.

Pesan ane sich jangan ngucap kata2 kotor di sembarang tempat. Selain dosa, penghuni setempat juga bisa keganggu dan marah. Sekian cerita dari ane, kalaw ada lagi ane share dech buat agan en eneng pecinta cermis. Wasallam

3 Pocong dan Kakek-Kakek di Kamarku

Hei namaku Icha. To the point aja yah. Kejadiannya ketika aku kelas 6 SD (sekarang udah kerja). Waktu itu awal semester dan keluargaku memutuskan untuk pindah ke perumahan yang agak terpencil di daerah Boyolali.

Waktu pertama menempati rumah itu, aku yang waktu itu masih kecil seneng banget soalnya rumahnya tuh lantai 2. Di lantai 2 ada 1 kamar tidur dan gudang, dan aku tidur di kamar itu bersama pembantuku sebut aja mba Sri.

Aku lupa kejadiannya tuh kapan, yang jelas tak lama setelah aku tinggal disitu. Suatu malam sekitar tangah malam aku ngerasa hawanya gak kaya biasanya. Hawanya dingin banget padahal kamarku ga ada ACnya. Aku yang kebangun ngerasain ada yang aneh. Aku membuka mataku sedikit bermaksud untuk mengintip. Tapi JEENNGG.. JEENNGG...

Aku sudah melihat 3 buah pocong berdiri di bawah kakiku dengan muka ancur dan tertawa ke arahku. Aku langsung menutup mataku dan pura2 tidur, tapi hawa yang semakin dingin memaksaku untuk mencari selimut yang biasanya diletakkan mba Sri dibawah kakiku. Aneh, aku raba-raba tuh selimut tapi gag ada. Aku beraniin buka mata dan pocong2 itu menghilang. Anehnya lagi selimut itu tepat banget di bawah kakiku. Kenapa tadi aku raba ga ada?

Gag sampai disitu aja. Waktu mau membalikkan badan untuk tidur lagi JENG.. JENG... aku ngelihat sosok kakek-kakek dengan tangan dibelakang keluar menuju pintu kamarku. Aku pikir pasti kakeknya mba Sri mau liat cucunya.

Esok paginya waktu aku cerita sama mba Sri eh dia ga percaya, dia kira aku mimpi. Tapi waktu aku cerita sama mamiku, kata mami itu memang kakekku yang datang ngejenguk aku. Tapi pocong2 tadi siapa?? Dan anehnya 2 bulan sejak kejadian itu mba Sri meninggal dunia karena penyakit asma yang dideritanya sejak kecil. Dan keanehan-keanehan pun terus terjadi sama aku sampai saat ini.

Mungkin lain kali aku ceritain lagi. Mav yah kalau kepanjangan dan bikin boring. Thx